Minggu, 10 Agustus 2014

Kisah sukses dian pelangi


KISAH SUKSES DIAN WAHYU UTAMI          
 DIAN PELANGI
Perjalanannya menuju kesuksesan bukannya tanpa aral. Wanita yang bernama asli Dian Wahyu Utami ini sempat diremehkan karena dianggap 'hanya' mendompleng nama besar brand yang didirikan kedua orangtuanya sejak 20 tahun lalu. Ditambah lagi usianya yang masih sangat muda saat diberi tanggung jawab mengelola perusahaan, kerap membuat Dian dipandang sebelah mata.

 "Memang banyak yang bilang, ah, Dian Pelangi mah gampang tinggal nerusin doang. Tapi nerusin itu buat aku gampang-gampang susah. Gampang karena memang sudah ada, tapi susah karena, bisa nggak meneruskan usaha yang sudah besar, yang sudah jalan? Karena bisa saja risikonya jadi mundur atau kelbalikannya tambah maju. Tapi Alhamdulillah sekarang orang-orang bisa lihat Dian Pelangi itu seperti apa," kisah Dian, saat berbincang dengan wolipop beberapa waktu lalu di FX Center, Sudirman, Jakarta Selatan. 
Sempat bingung dan terpuruk, Dian berhasil bangkit dan menepis anggapan negatif banyak orang dengan menunjukkan kemampuan serta hasil karyanya. Kini Dian berhasil mengembangkan label-label sekunder untuk berbagai segmen pasar. Selain brand Dian Pelangi yang menjadi first line, ada pula Tenun Pelangi, Batik Pelangi, DP by Dian dan Dian Bride.
Busana rancangannya berhasil mencuri perhatian publik dengan keunikan dan rancangan yang berbeda. Dengan merek yang menggunakan namanya sendiri Dian Pelangi, pengusaha muda ini telah mampu menembus pasar luar negeri, bernama asli Dian Wahyu Utami gadis 19 tahun ini menjadi perancang busana sekaligus memproduksi sendiri kain yang digunakan dalam desainnya.

Dian Pelangi mengambil corak jumputan yang sangat khas, dengan sentuhan rancangan yang tidak pasaran meskipun kain jumputan bukan hal baru namun karya Dian Pelangi dalam kain jumputan  berhasil menciptakan trend mode. Terkesan etnik dan menggunakan warna-warna shockingi tulah yang menjadi kunci keberhasilan Dian menggunakan kain jumputan.

Karyanya untuk pertama kali menembus pasar luar negeri melalui fashion show di Melbourne pada Mei 2009, berawal dari sebuah majalah Ibu kota yang mengangkat karyanya Dian mendapat undangan dari kementrian pariwisata untuk mengikuti misi pariwisata di Australia. Dian Pelangi bersama Iva Latifah mendapat kesempatan untuk menggelar karyanya di Melbourne.

Dian membawa 40 baju karyanya seorang diri ke Melbourne, beruntung ada seorang kenalan yang membantunya pada acara tersebut. Setelah acara tersebut karya Dian diliput oleh media Australia yaitu The Edge selang beberapa waktu kini Dian Pelangi telah memiliki sebuah outlet yang memajang karyanya di Melbourne. Selanjutnya Dian akan menyasar kota-kota berikutnya yaitu Sidney dan Perth.

Pasar mancanegara berikutnya adalah Abu Dhabi pada Oktober  2009 bersama Kementrian Perindustrian dan Perdagangan. Dian mempunyai pengalaman unik ketika hendak berangkat dengan 50 karya busana dengan kain jumputan, seorang perancang memberi komentar bahwa pasar Timur Tengah sulit menerima kain batik. Tidak disangka justru busana-busana Dian mendapat sambutan hangat, dari 50 busana yang dibawa nyaris habis terjual, tinggal menyisakan 5 potong busana. Dari sini nampak ke uletan Dian pada usia yang relatif muda.

Berikutnya keterlibatan Dian pelangi pada Jakarta Fashion Week pada November 2009. Karya-karya Dian kembali mendapat respon positif dari pasar dan media karena Dian pelangi berani menunjukan karakternya yang muda dan dinamis pada corak jumputan yang warna-warni.

Catatan respon positif pasar itu ternyata direkam baik oleh Kementrian Perindustrian dan Perdagangan, keberuntungan pun menghampiri kembali Dian Pelangi karena pada April 2010 karya Dian pelangi masuk  pasar London, Inggris dalam acara bertajuk Indonesia is Remarkable di Harrods. Sebuah pusat perbelanjaan ternama di Dunia dimana tidak mudah membawa produk baru masuk dalam deretan pertokoan yang sudah melegenda sebagai tempat belanja paling bergengsi di Dunia.

Dian Pelangi berkarya dengan dukungan penuh keluarga, khususnya orang tuanya yang  memiliki sebuah pabrik tekstil di Kota Pekalongan Jawa Tengah. Orang Tua Dian Pelangi telah berkiprah pada bisnis kain semenjak 17 tahun silam, kini memiliki 350 karyawan. Pabrik kain ini mengerjakan bahan mulai dari bentuk benang menjadi kain untuk selanjutnya diberi motif jumput atau batik.

Dengan dukungan sebuah pabrik kain milik orang tuanya, Dian Pelangi sanggup mengerjakan private collection dengan motif pilihan konsumen. Karya-karya Dian nampak sangat berkarakter, dinamis dan berani tampil beda. Hal ini juga disebutkan Dian sebagai salah satu kelebihannya. Dian berkeinginan menciptakan trend dan tidak mengikuti mode di pasar, pada saat perancang lain menggunakan model potongan kelelawar, Dian memilih menggunakan model simpel dan sederhana. Ternyata perbedaan karya tersebut disambut baik oleh pasar.

Karya-karya Dian juga diterima pasar juga karena faktor harga yang relatif murah. Untuk produk yang diproduksi masal Dian Pelangi membandrol 100-800 ribu, untuk Spesial Collection dengan harga 1 -3,5 Juta rupiah sedangkan Private Collection 2 – 5 Juta Rupiah. Harga tersebut termasuk murah untuk jenis koleksi busana dengan bahan kain sentuhan desainer.

Kini Dian Pelangi telah memiliki outlet di beberapa kota besar diantaranya Palembang, Medan, Jakarta yang akan disusul Kota Surabaya dan Pekan Baru. Untuk di Asia, Dian telah membuka outlet di Malaysia.

Kesuksesan Dian bukan tanpa jerih payah, Dian melakukan sendiri desain, marketing hingga promosi. Dian mengaku bahkan mulai dari benang hingga menjadi busana siap pakai semua dikerjakannya sendiri, dengan keberadaan pabrik kain milik orang tuanya tentu menjadi hal yang mungkin bagi Dian.

Dalam pengakuannya Dian selalu menekankan bahwa kesuksesannya kini adalah berkat orang tunya, Dian merasa hanya meneruskan Butik yang telah lebih dulu dibangun Orang tuanya dengan namanya Dian Pelangi. Dian berhasil membuktikan dengan ketekunan dan minat yang kuat, kain jumputan dan butik yang biasa saja kini berhasil menembus pasar mancanegara.
           

Jumat, 08 Agustus 2014

JKT48-Give Me Five

Sakura yang berterbangan dijalan itu
Tak terasa sebentar lagi kita berpisah
Dan disudut salah satu tembok sekolah
Semuanya membubukan nama tuk kenangan
Seragam ini tak lagi dipakai
Bersama dengan musim semi yang datang
Dan ketika waktu bunga-bunga pun gugur
Kita kan memulai mimpi baru
Sahabat, ku selalu percaya
Hari esok nanti pasti kan gemilang lagi
Maka, kelulusan ini bukan sebuah akhir namun awal baru
Sahabat, perpisahan ini
Juga bukan akhir dari pertemuan kita
Pasti, kita kan bertemu lagi suatu hari
Di zona give me five
Semua foto yang kita ambil bersama
Adalah tanda mata yang menghubungkan kita
Tawa dan juga pertengkaran yang telah lewat
Juga tanda mata yang tak akan terlupakan
Dan semuanya lihatlah kembali
ruang kelas yang penuh dengan memori
mungkin kini berjerit karna harus berpisah
dan masa depan telah menanti
tangisan, dari anak kecil
tanda kehidupan saat mereka dilahirkan
banyak hal yang telah terjadi
dan membuat mereka menjadi dewasa
tangisan, yang kini keluar
tanda bahagia atas kelulusan ini
juga, tanda terimakasih untukmu sahabat

di zona give me five