KISAH SUKSES DIAN WAHYU UTAMI
Perjalanannya menuju kesuksesan bukannya tanpa aral. Wanita
yang bernama asli Dian Wahyu
Utami ini sempat diremehkan
karena dianggap 'hanya' mendompleng nama besar brand yang didirikan kedua
orangtuanya sejak 20 tahun lalu. Ditambah lagi usianya yang masih sangat muda
saat diberi tanggung jawab mengelola perusahaan, kerap membuat Dian dipandang
sebelah mata.
"Memang banyak yang bilang, ah, Dian Pelangi mah gampang tinggal nerusin doang. Tapi nerusin itu buat aku gampang-gampang susah. Gampang karena memang sudah ada, tapi susah karena, bisa nggak meneruskan usaha yang sudah besar, yang sudah jalan? Karena bisa saja risikonya jadi mundur atau kelbalikannya tambah maju. Tapi Alhamdulillah sekarang orang-orang bisa lihat Dian Pelangi itu seperti apa," kisah Dian, saat berbincang dengan wolipop beberapa waktu lalu di FX Center, Sudirman, Jakarta Selatan.
"Memang banyak yang bilang, ah, Dian Pelangi mah gampang tinggal nerusin doang. Tapi nerusin itu buat aku gampang-gampang susah. Gampang karena memang sudah ada, tapi susah karena, bisa nggak meneruskan usaha yang sudah besar, yang sudah jalan? Karena bisa saja risikonya jadi mundur atau kelbalikannya tambah maju. Tapi Alhamdulillah sekarang orang-orang bisa lihat Dian Pelangi itu seperti apa," kisah Dian, saat berbincang dengan wolipop beberapa waktu lalu di FX Center, Sudirman, Jakarta Selatan.
Sempat
bingung dan terpuruk, Dian berhasil bangkit dan menepis anggapan negatif banyak
orang dengan menunjukkan kemampuan serta hasil karyanya. Kini Dian berhasil
mengembangkan label-label sekunder untuk berbagai segmen pasar. Selain brand
Dian Pelangi yang menjadi first line, ada pula Tenun Pelangi, Batik Pelangi, DP
by Dian dan Dian Bride.
Busana rancangannya berhasil mencuri perhatian publik dengan keunikan dan rancangan yang berbeda. Dengan merek yang menggunakan namanya sendiri Dian Pelangi, pengusaha muda ini telah mampu menembus pasar luar negeri, bernama asli Dian Wahyu Utami gadis 19 tahun ini menjadi perancang busana sekaligus memproduksi sendiri kain yang digunakan dalam desainnya.
Busana rancangannya berhasil mencuri perhatian publik dengan keunikan dan rancangan yang berbeda. Dengan merek yang menggunakan namanya sendiri Dian Pelangi, pengusaha muda ini telah mampu menembus pasar luar negeri, bernama asli Dian Wahyu Utami gadis 19 tahun ini menjadi perancang busana sekaligus memproduksi sendiri kain yang digunakan dalam desainnya.
Dian Pelangi mengambil corak jumputan yang sangat khas, dengan
sentuhan rancangan yang tidak pasaran meskipun kain jumputan bukan hal baru
namun karya Dian Pelangi dalam kain jumputan berhasil menciptakan trend
mode. Terkesan etnik dan menggunakan warna-warna shockingi tulah yang menjadi kunci
keberhasilan Dian menggunakan kain jumputan.
Karyanya untuk pertama kali menembus pasar luar negeri melalui
fashion show di Melbourne pada Mei 2009, berawal dari sebuah majalah Ibu kota
yang mengangkat karyanya Dian mendapat undangan dari kementrian pariwisata
untuk mengikuti misi pariwisata di Australia. Dian Pelangi bersama Iva Latifah
mendapat kesempatan untuk menggelar karyanya di Melbourne.
Dian membawa 40 baju karyanya seorang diri ke Melbourne, beruntung
ada seorang kenalan yang membantunya pada acara tersebut. Setelah acara
tersebut karya Dian diliput oleh media Australia yaitu The Edge selang beberapa
waktu kini Dian Pelangi telah memiliki sebuah outlet yang memajang karyanya di
Melbourne. Selanjutnya Dian akan menyasar kota-kota berikutnya yaitu Sidney dan
Perth.
Pasar mancanegara berikutnya adalah Abu Dhabi pada Oktober
2009 bersama Kementrian Perindustrian dan Perdagangan. Dian mempunyai
pengalaman unik ketika hendak berangkat dengan 50 karya busana dengan kain
jumputan, seorang perancang memberi komentar bahwa pasar Timur Tengah sulit
menerima kain batik. Tidak disangka justru busana-busana Dian mendapat sambutan
hangat, dari 50 busana yang dibawa nyaris habis terjual, tinggal menyisakan 5
potong busana. Dari sini nampak ke uletan Dian pada usia yang relatif muda.
Berikutnya keterlibatan Dian pelangi pada Jakarta Fashion Week pada
November 2009. Karya-karya Dian kembali mendapat respon positif dari pasar dan
media karena Dian pelangi berani menunjukan karakternya yang muda dan dinamis
pada corak jumputan yang warna-warni.
Catatan respon positif pasar itu ternyata direkam baik oleh
Kementrian Perindustrian dan Perdagangan, keberuntungan pun menghampiri kembali
Dian Pelangi karena pada April 2010 karya Dian pelangi masuk pasar London,
Inggris dalam acara bertajuk Indonesia is
Remarkable di
Harrods. Sebuah pusat perbelanjaan ternama di Dunia dimana tidak mudah membawa
produk baru masuk dalam deretan pertokoan yang sudah melegenda sebagai tempat
belanja paling bergengsi di Dunia.
Dian Pelangi berkarya dengan dukungan penuh keluarga, khususnya
orang tuanya yang memiliki sebuah pabrik tekstil di Kota Pekalongan Jawa
Tengah. Orang Tua Dian Pelangi telah berkiprah pada bisnis kain semenjak 17
tahun silam, kini memiliki 350 karyawan. Pabrik kain ini mengerjakan bahan
mulai dari bentuk benang menjadi kain untuk selanjutnya diberi motif jumput
atau batik.
Dengan dukungan sebuah pabrik kain milik orang tuanya, Dian Pelangi
sanggup mengerjakan private
collection dengan
motif pilihan konsumen. Karya-karya Dian nampak sangat berkarakter, dinamis dan
berani tampil beda. Hal ini juga disebutkan Dian sebagai salah satu
kelebihannya. Dian berkeinginan menciptakan trend dan tidak mengikuti mode di
pasar, pada saat perancang lain menggunakan model potongan kelelawar, Dian
memilih menggunakan model simpel dan sederhana. Ternyata perbedaan karya
tersebut disambut baik oleh pasar.
Karya-karya Dian juga diterima pasar juga karena faktor harga yang
relatif murah. Untuk produk yang diproduksi masal Dian Pelangi membandrol
100-800 ribu, untuk Spesial
Collection dengan
harga 1 -3,5 Juta rupiah sedangkan Private
Collection 2 – 5 Juta
Rupiah. Harga tersebut termasuk murah untuk jenis koleksi busana dengan bahan
kain sentuhan desainer.
Kini Dian Pelangi telah memiliki outlet di beberapa kota besar
diantaranya Palembang, Medan, Jakarta yang akan disusul Kota Surabaya dan Pekan
Baru. Untuk di Asia, Dian telah membuka outlet di Malaysia.
Kesuksesan Dian bukan tanpa jerih payah, Dian melakukan sendiri
desain, marketing hingga promosi. Dian mengaku bahkan mulai dari benang hingga
menjadi busana siap pakai semua dikerjakannya sendiri, dengan keberadaan pabrik
kain milik orang tuanya tentu menjadi hal yang mungkin bagi Dian.
Dalam pengakuannya Dian selalu menekankan bahwa kesuksesannya kini
adalah berkat orang tunya, Dian merasa hanya meneruskan Butik yang telah lebih
dulu dibangun Orang tuanya dengan namanya Dian Pelangi. Dian berhasil
membuktikan dengan ketekunan dan minat yang kuat, kain jumputan dan butik yang
biasa saja kini berhasil menembus pasar mancanegara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar